Pernahkah anda mengalami masalah dengan mobil yang boros dalam penggunaan bahan bakar, terutama mobil dengan bahan bakar bensin?
Banyak faktor yang menyebabkan konsumsi bensin pada kendaraan menjadi boros, seperti tingkat tekanan angin ban yang tidak sesuai sehingga laju mobil menjadi berat, perawatan yang ceroboh seperti tidak memperhatikan kesesuaian oli mesin, jarang ganti oli, dan lain sebagainya. Selain hal-hal tersebut ada faktor lain yang menyebabkan konsumsi bensin menjadi boros, yaitu akibat penggunaan jenis bensin yang salah pada kendaraan menyebabkan pemborosan, karena menyebabkan pengapian yang tidak optimal. Bila dibiarkan akibatnya fatal bisa merusak mesin. Seiring perkembangan teknologi otomotif, para ahli melakukan penyesuaian dan riset tentang kesesuain bahan bakar dengan kompresi mesin guna menghasilkan tenaga yang optimal namun juga efisien. Krisis energi terutama pada sumber minyak bumi menjadi sebuah kekhawatiran yang beralasan ahir-ahir ini, utk menghasilkan sumber minyak bumi yang berasal dari fosil membutuhkan waktu jutaan tahun, sedangkan untuk menghabiskannya hanya membutuhkan ratusan tahun. Di sisi lain kebutuhan akan minyak bumi terus meningkat karena meningkatnya industri kendaraan merupakan sebuah indikator meningkatnya ekonomi sebuah negara.
Kendaraan dibutuhkan sebagai sarana transportasi penggerak perekonomian, mengantarkan penduduk dari suatu tempat ke tempat lain, terutama sebagai penunjang pekerjaan. Daya beli yang meningkat pada masyarakat mengakibatkan kepemilikan mobil menjadi sebuah impian atau hal yang diidamkan, akan tetapi kita sering tidak bijak dalam menyikapinya, kita ingin memiliki barang tersier namun sekaligus ingin berhemat. Salah satunya dengan menggunakan bahan bakar murah tanpa melihat kesesuaiannya dengan spesifikasi kendaraan yang kita miliki, di negara kita disebut bensin premium yang disubsidi oleh pemerintah.
Berikut akan kami bahas ulasan teknis bahan bakar serta kesesuaiannya dengan mesin, bahan bakar atau yang sering disebut hidrokarbon. Proses pembakaran hidrokarbon dalam silinder mesin berbeda dengan yang terjadi dengan pembakaran pada umumnya, membutuhkan kompresi untuk menghasilkan pembakaran yang efektif karena dari energi ini akan dialirkan menjadi energi mekanik untuk menggerakan kendaraan. Maka dibutuhkan kemampuan dari bensin untuk menahan peningkatan suhu yang ditimbulkan dari tekanan piston saat proses kompresi untuk menyiptakan campuran bahan bakar dan oksigen yang homogen. Jika tidak, bensin akan terbakar dengan sendirinya (self ignition) akibat dari peningkatan suhu saat proses kompresi berlangsung, idealnya bensin baru akan terbakar saat mencapai suhu minimum 125 °C. Seberapa besarnya suhu dalam ruang bakar (silinder) tergantung pada rasio kompresinya, yaitu rasio antara volume silinder total dengan volume pada saat piston berada pada titik mati atas atau beberapa derajat setelahnya, caranya dengan menghitung perbandingan langkah silinder dikurangi langkah piston. Semakin besar rasio kompresi maka semakin besar kemungkinan bensin akan terbakar dengan sendirinya. Karena semestinya pada mesin otto (berbahan bakar bensin) pembakaran terjadi oleh pengapian dari busi.
Oktan
Saat terjadinya self ignition mengakibatkan knocking, di mana piston dipaksa untuk bergerak turun akibat bensin meledak sendiri bukan dari percikan api busi ketika belum mencapai proses kerja maksimal, akibatnya piston seperti dihantam oleh palu dan dalam jangka waktu lama akan mengakibatkan kerusakan pada piston dan perangkat pendukungnya seperti ring, bearing, piston rod. Indikasi knocking bisa didengar dari suara mesin yang menggelitik atau seperti ada suara benturan. Pada mobil berbahan bakar bensin, rasio kompresi berkisar pada 9: 1 sampai dengan 12:1, pada teknologi otomotif terdahulu misalnya mobil atau motor 2 Tak, memiliki rasio kompresi di bawah 9:1. Semakin besar rasio kompresi maka semakin besar pula efisiensi bahan bakar serta bisa meningkatkan performa mesin menjadi lebih bertenaga.
Bensin merupakan produk dari minyak bumi yang mengalami proses pemurnian dan penyulingan dengan penambahan campuran-campuran kimia tertentu supaya memiliki kesesuaian dengan rasio kompresi yang dibutuhkan. Pada dasarnya bensin terdiri dari berbagai macam campuran kimia, diantaranya; benzene (5%), toluene (20%), naphtalene (s/d 2%), trimethylbenzene (s/d 5%), dan lain-lain. Indikator ketahanan bensin terhadap tekanan akibat rasio kompresi disebut dengan nilai Oktan, yaitu ikatan delapan molekul karbon pada bensin, semakin tinggi persentase oktan maka semakin kecil kemungkinan akan terjadi self ignition. Cara mengukurnya adalah dengan melihat jumlah perbandingan antara n-heptane (memiliki 0 oktan) dengan iso-octane/ 2,2,4-trimethylpentane yang memiliki nilai 100 oktan. Jika dalam bensin memiliki kandungan 90% iso-octane dan 10% n-heptane maka bensin tersebut memiliki kandungan oktan 90.
Isooctane (atas) n-hepthane (bawah)
kandungan oktan untuk bahan bakar memiliki dua jenis metode atau nama yaitu RON (Research Octane Number) di mana pengujiannya dilakukan pada mesin silinder tunggal pada putaran tetap sekitar 600 RPM, yang dianggap sebagai kondisi stabil mesin. Dan metode lainnya disebut MON (Motor Octane Number) dilakuakan pengujian pada mesin silinder tunggal pada kecepatan 900 RPM dan beberapa perubahan kecepatan putaran mesin, yang dianggap sangat mewakili kondisi mesin mobil sesungguhnya, sehingga MON memiliki nilai oktan lebih baik dibanding RON.
Nilai Oktan
Mesin mobil membutuhkan nilai minimum oktan 86 pada mesin dengan rasio kompresi terendahnya (8:1 – 9:1) di atas itu membutuhkan nilai oktan yang lebih besar. Di Indonesia, Pertamina menjual bensin dengan nilai oktan tertentu dengan merk jual; Premium/ bensin besrsubsidi (RON 88), Pertamax (RON 92), dan Pertamax Plus (RON 95). Nilai oktan bisa melampaui 100 pada beberapa zat hidrokarbon seperti LPG, Metanol, dan lain sebagainya. Karena oktan bukan merupakan nilai eksak tapi merupakan hasil dari penyesuaian atas uji materi.
Berikut adalah kesesuaian bensin Pertamina dengan rasio kompresi mesin;
1. Premium untuk rasio kompresi 7:1 – 9:1
2. Pertamax untuk rasio kompresi 9:1 – 10:1
3. Pertamax Plus untuk rasio kompresi di atas 10:1
Teknologi kendaraan saat ini mengoptimalkan pembakaran dengan menggunakan rasio kompresi di atas 9:1, seiring dipergunakannya sistem Fuel Injection menggantikan Karburator. Ketika memilih mobil, usahakan untuk mengetahui rasio kompresi supaya bisa menyesuaikan jenis bahan bakar yang digunakan, karena apabila menggunakan bahan bakar yang salah yang tadinya ingin hemat dengan menggunakan bahan bakar bersubsidi malah berakibat fatal, karena perbaikan mesin tidaklah murah. Selain itu, patut disadari, kendaraan adalah barang tersier sehingga kepemilikannya bersifat gaya hidup, tentunya sang pemilik harus siap menyediakan dana untuk konsumsi bahan bakarnya.