Salah satu komponen penting dalam mesin otomotif adalah busi. Dalam kendaraan yang menggunakan prinsip otto (berbahan bakar bensin), busi digunakan sebagai pemantik atau penyalaan campuran bensin dan oksigen yang terkompresi di dalam ruang bakar (combustion chamber/ cylinder).
Busi adalah elektroda yang merubah aliran listrik dari ignition coil menjadi percikan api. Memiliki badan terbuat dari keramik yang berfungsi sebagai insulator, yaitu mencegah atau mengisolasi arus, sehingga arus yang dihasilkan tidak bocor dan mengalir langsung ke bagian elektroda di tengah yang terbuat dari bahan metal bisa berupa tembaga, platina, atau iridium. Elektroda busi mendapatkan energinya terhubung dengan terminal yang menyalurkan arus listrik dari coil ignition atau magnet yang membangkitkan daya listrik hingga ribuan volt.
Ionisasi dari campuran bensin dan udara dalam ruang bakar akan merubah arus listrik yang keluar dari ujung elektroda (tip) saat menyentuh ground elektroda menjadi percikan api berkekuatan besar sehingga mampu membakar campuran bahan bakar dan udara, hal ini dimungkinkan karena ada jarak (gap) antara tip dengan ground elektroda sehingga menimbulkan lompatan api.
Jenis Metal Elektroda
Ada beberapa jenis metal yang digunakan sebagai bahan elektroda, yaitu tembaga (copper), Platinum, dan Iridium
1. Tembaga (Copper)
Metal untuk busi yang paling konvensional adalah tembaga (copper) sudah digunakan sejak pertama kali ditemukan oleh Etienne Lenoir (1860). Tembaga menghasilkan sumber api yang lebih besar dan stabil namun permasalahan utama dalam penggunaan tembaga sebagai eletroda busi adalah tingkat keausannya yang lebih cepat dibanding metal lainnya dan memiliki tingkat tahanan yang lebih besar membutuhkan diameter material yang besar karena hanya efektif pada voltase besar, sehingga busi harus diganti setiap 25,000 km.
2. Platinum
Bahan metal yang akhir-akhir ini digunakan untuk elektroda busi, keuntungannya tip elektroda bisa dibuat lebih kecil sehingga lebih efektif dan memiliki umur pemakaian dua kali lipat bahan tembaga, kelemahannya platinum menghasilkan overheat lebih besar dibanding bahan tembaga.
3. Iridium
Bersifat sama dengan bahan platinum dengan umur pemakaian lebih lama.
Masih banyak bahan elektroda yang digunakan seperti perak bahkan emas/ palladium, pengukuran efektifitas yang dihasilkan oleh elektroda saat ini bukan hanya mengukur pada tingkat percikan api tapi juga mengukur ledakan plasma yaitu ledakan akibat ionisasi photon yang terjadi dalam hitungan nanodetik.
Konfigurasi Ground Elektroda
Ground elektroda adalah bahan metal yang menghubungkan tip elektroda yang memungkinkan terjadi hubungan balik ketika terjadi ionisasi sehingga terjadi ledakan. Besar kecilnya ledakan tergantung pada jarak antara tip dan ground elektroda yang sering disebut gap, jarak gap menjadi ukuran efektifitas ledakan dan sempurna tidaknya pembakaran. Jarak 0.5 mm dianggap paling ideal dan efisien, pada pengujian menghasilkan durabilitas busi selama 400 jam dan konsumsi bahan bakar yang lebih irit.
Bentuk Ground elektroda juga mempengaruhi efektifitas dan efisiensi ledakan plasma, tipe J yang konvensional dianggap kurang baik untuk kesinambungan pembakaran, maka busi saat ini memiliki beberapa konfigurasi seperti X, chamber swirl, Torque master.
Kesesuaian Busi
Sesuaikan penggunaan jenis busi berdasar pada label yang tertera pada VIN (Vehicle Identification Number) yaitu label yang biasanya terdapat di balik kap mesin untuk mobil, atau tanyakan pada dealer yang mengeluarkan kendaraan yang anda gunakan.
Saat ini busi yang populer adalah yang menggunakan elektroda dari bahan iridium karena dianggap memiliki masa pakai yang lama (lebih dari 40,000 km) serta memiliki resistor yang lebih kecil sehingga bisa memantik api dalam voltase lebih kecil, busi ini sering dijual dengan sebutan busi racing.
Beberapa merk busi yang beredar di pasaran Indonesia dan paling populer adalah NGK, Denso, SplitFire, Autolite. Harga busi variatif mulai dari hitungan belasan ribu rupiah hingga ratusan ribu rupiah.